Baca Juga

Rabu, 24 Juni 2020

Bos Narkoba Kejam di Meksiko Umbar Ancaman

BY GentaraNews IN

Jose El Marro Yepez pemimpin Santa Rosa de Lima Cartel, kelompok kartel narkoba yang terkenal kejam di Meksiko

Salah satu bos kartel narkoba yang terkenal kejam di Meksiko mengumbar ancaman mengerikan terhadap pemerintah dan para musuh bebuyutannya. Ancaman dibuat setelah Ibu, saudara perempuan dan pacarnya ditangkap pasukan keamanan setempat.

Jose "El Marro" Yepez, pemimpin Santa Rosa de Lima Cartel, mengumbar ancaman dalam beberapa video yang tidak biasa. Salah satu video memperlihatkan Yepez menyeka air matannya setelah Ibunya ditahan pasukan polisi pada akhir pekan lalu.

Yepez dan kartel narkobanya telah menjadi duri di pemerintahan Presiden Andres Lopez Obrador karena terlibat penyedotan minyak skala industri dari perusahaan minyak Pemex yang dikelola pemerintah.

Dalam salah satu video yang dibagikan di media sosial, Yepez terlihat mengecam pemerintah setelah Ibunya ditangkap dalam operasi keamanan besar di kota Celeya di negara bagian Guanajuato, wilayah yang dianggap "paling berdarah" di Meksiko.

"Saya akan menjadi batu di sepatu Anda. Saya pergi untuk meledakkan, Anda akan melihat," ujar Yepez, yang mengenakan jeans dengan senapan diletakkan di bahunya, dalam video sebagiamana dikutip Reuters, Rabu (24/6/2020). 

Pasukan keamanan Meksiko pada hari Minggu mengatakan mereka menangkap anggota kelompok kejahatan terorganisir dalam serangan di Celeya, di mana mereka menemukan sekitar 1 kilogram zat mirip metamfetamin dan uang 2 juta peso (USD88.000).

"Di antara para tahanan adalah Maria 'N', Juana 'N' dan Rosalba 'N', yang diduga sebagai operator keuangan dari organisasi kriminal," kata badan keamanan Meksiko dalam pernyataan bersama, tanpa menyebut kartel Santa Rosa atau pun pemimpinnya.

Surat kabar El Universal mengatakan Ibu, saudara perempuan, dan pacar Yepez ditangkap.

Yepez mengatakan dia takut pihak berwenang akan menjebak Ibunya dengan menganggapnya sebagai salah satu pemimpin kartel narkoba tersebut. "Dengan nama Ibu saya dan orang-orang saya...Saya tidak takut pada Anda," katanya.

Yepez juga mengatakan dia dapat membentuk koalisi dengan kartel Sinaloa atau kelompok-kelompok kejahatan lainnya di utara Meksiko untuk melawan kartel Jalisco New Generation yang merupakan musuh bebuyutan kartel Santa Rosa, yang telah melakukan ekspansi berdarah untuk mengambil alih wilayah rival di seluruh negeri. 

Anggaran Polri Di Minta DPR Fokus untuk Kejar Bandar Narkoba Bukan Pengguna

BY GentaraNews IN



Dr. Hinca I.P. Panjaitan XIII, S.H., M.H., ACCS.m, Pria yang lahir di Asahan, Sumatra Utara, 25 September 1964; yang anggota Komisi III meminta agar anggaran yang dimiliki Polri difokuskan untuk penanganan kasus-kasus besar, misalnya soal penanganan narkoba. Dia berharap, agar pemanfaatan anggaran Polri ditujukan untuk mengejar bandar daripada pengguna narkoba.

"Bila kita perhatikan penyelundupan dan peredaran narkoba masih banyak sekali. Saya mohon pimpinan Polri untuk budgetnya digunakan pada mengejar bandar. Pada orang yang mencari keuntungan untuk peredaran narkoba itu. Bukan pada korban pengguna," kata Hinca Panjaitan dalam rapat Komisi III bersama Kemenkum HAM, Polri, dan Kejagung, Rabu (24/6).

"Kami berharap Polri fokus mengejar bandar narkoba hendaknya menjadi program Polri di semua level, dari Polres hingga Mabes. Dengan begitu Polri tidak hanya berfokus menangani kasus-kasus kecil saja yang cuma melibatkan pengguna", punya anak Siantar yang menjadi anggota DPR komisi III.

"Karena di lapangan DPR menemukan bahwa banyak sekali anggaran kita habis untuk hal-hal yang mengenai pengguna tadi," tambah Hinca Panjaitan.

"Sekali lagi kita kejar penyelundup dan bandar narkobanya tapi gunakan budget kita tidak untuk yang pengguna," imbuh Anggota DPR RI Komisi III.

"Jika hanya mengejar pengguna maka ujung-ujungnya akan berdampak pada kemampuan aparat penegak hukum sendiri. Misalnya terkait dengan daya tampung ruang tahanan yang dimiliki polisi", tegas nya

"Di polres Simalungun, itu tahanan untuk Polsek sampai Polres itu narkoba nya sudah tidak muat. Karena ditangkapi semua juga yang pengguna," tandasnya.

Selasa, 23 Juni 2020

Lemah Sitem Hukum, Menjadi Pasar Potensial Peredaran Narkoba Di Indonesia

BY GentaraNews IN




Kenapa Indonesia bisa menjadi pangsa pasar narkoba ? Apakah karena lemahnya sistem yang menjadikan terpidana kasus narkotika dapat dihukum berkali-kali ?

Brigjen Pol. Drs Krisno Halomoan Siregar, SIK, Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, mengungkapkan hal ini dari banyak kasus ditemukan yang memperlihatkan terpidana mati sekalipun masih dapat mengendalikan peredaran narkoba.

Brigjen Pol. Drs Krisno Halomoan Siregar, SIK memberi contoh nyata terpidana mati yang dapat mengendalikan jaringan narkobanya melalui jeruji besi adalah Freddy Budiman. Sebelum dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan, Freddy yang ketika itu berstatus terpidana mati pernah mengubah penjara menjadi pabrik narkoba hingga menjalankan bisnis narkoba dari Nusakambangan.

"Upaya hukum diajukan hingga berulang-ulang, ada kasus sudah hukuman mati masih bisa mengendalikan. Almarhum Freddy Budiman sudah berkali-kali dihukum dan dapat mengendalikan. Hanya di Indonesia bisa berkali-kali hukuman," kata Krisno saat menjadi pembicara di Webinar Series bertajuk Dinamika Penindakan dan Kerjasama Internasional dalam Penyalahgunaan Narkoba yang diadakan Universitas Paramadina, Selasa (23/6).

Alasan lain Indonesia menjadi pasar disampaikan Krisno adalah geografi sebagai negara kepulauan yang memilki banyak pintu masuk. Kondisi tersebut menurut Krisno, menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi penegak hukum untuk memberantas penyelundupan dan peredaran narkoba.

"Otoritas pemerintah belum dapat mengatasinya secara maksimal. Sindikat Persia, memanfaatkan dermaga rakyat untuk masuk, baik di Serang dan kami duga ada di seputaran Ujung Genteng, pantai Selatan Pulai Jawa," ucapnya.

Dia mencontohkan titik masuk narkoba di Indonesia. Faktor lain diceritakan Krisno adalah harga jual narkoba di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan negara lain.

Krisno menekankan, bagi sindikat, narkoba adalah bisnis, sehingga ketika suatu jaringan dihabisi akan selalu muncul kelompok lain yang mengambil alih pasar tersebut.

"Di tingkat pengedar, harga 1 kilogram sabu murni ketika masuk Rp 300-400 juta. Ketika di pasaran diecer 1 gram bisa mencapai Rp 1,6 juta,” bebernya.

Lebih jauh Krisno memaparkan secara garis besar ada dua metode digunakan jaringan internasional untuk membawa narkoba ke Indonesia. Metode pertama, dari Myanmar, melalui laut Andaman, masuk Selat Malaka, kemudian menuju Malaysia atau langsung dieksekusi di tengah laut. Sindikat ini mempunyai jalur favorit melalui pantai timur Sumatera sebelum disebar ke kota-kota besar di Indonesia melalui jalur darat.

Sementara metode kedua yang lazim digunakan sindikat timur tengah yaitu menggunakan jalur laut menggunakan boat dari Iran dilanjutkan ke Srilanka dan kemudian menuju Pantai Barat Sumatera dan berakhir di Pantai Selatan Pulau Jawa.

"Daerah kurang pengawasan jadi jalur favorit. Ini juga jaringan favorit people smuggling. Dijemput dengan kapal ikan,” jelas Krisno.

Dia menuturkan berbagai kerjasama baik bilateral hinggal multirateral telah dilakukan Direktorat Mabes Polri untuk mengggalkan aksi sindikat narkoba internasional.

Lockdown Punya Efek Terhadap Jalur Penyebaran Narkoba

Pengajar Universitas Paramadina yang turut menjadi pembicara di webinar ini, Anton Ali Abbas berpendapat penerapan kebijakan lockdown dalam masa pandemi Covid-19 memiliki efek terhadap jalur penyebaran narkoba. Italia dan negara yang menerapkan lock down dikatakannya memperlihatkan penurunan jumlah penangkapan narkotika. Tapi di sisi lain, ada penangkapan dalam jumlah besar seperti di negara Iran dan Indonesia.

Di Indonesia, sepanjang 2020 ini saja misalnya sejumlah penangkapan besar dilakukan oleh Satgasus Merah Putih yang kini dipimpin oleh Brgjen Brigjen Ferdy Sambo dengan total barang bukti disita lebih dari 1,6 ton sabu-sabu. Tren transportasi penyelundupan narkoba pun diyakinkannya mengalami pergeseran dari jalur udara menjadi memaksimalkan jalur laut.

"Era pandemi terlihat ada tren menggunakan jalur laut. Memanfaatkan lalu lintas kargo internasional, hanya 2 persen pengawasan efektif dilakukan. Ketika jalur udara ditutup maka pemanfaatan jalur laut meningkat," urainya.

Anton mengingatkan, sekalipun ada resesi ekonomi akibat pandemi tidak serta merta membuat perdagangan narkoba menurun. Justru bisnis ilegal ini dipandangnya memiliki adaptasi yang baik, termasuk pola maupun model transpotasi penyelundupan.

"Yang harus menjadi highlight, merosotnya ekonomi, melonjaknya angka pengangguran dan peluang berkurangnya penindakan karena anggaran yang terpotong membuka peluang bagi sindikat narkoba. Di sisi lain, dengan potret pengangguran tinggi, berdampak pada kriminalitas umum dan membuka peluang mereka yang putus asa akhirnya mengedarkan narkoba," ujar Anton.

Sementara itu, mantan Duta Besar Indonesia di Iran periode 2012-2016, Ambassador Dian Wirengjurit menguraikan Iran bukanlah menjadi negara produsen narkoba, namun sebagai transit karena letak geografis dan infrastruktur paling bagus dibanding negara di sekitarnya. Iran bahkan menurutnya, memiliki kebijakan hukuman paling keras terhadap bandar narkoba berupa hukuman mati di depan umum.

"Iran mempunia kebijakan anti narkoba luar biasa dan dianggap paling keras. Dengan hukuman mati di tempat umum. 10 ribu orang dalam dua dekade dihukum mati karena narkoba,” tegasnya.

2 Orang Dinyatakan Positif Narkoba Dari Kelompok John Kei DKK

BY GentaraNews IN



Polda Metro Jaya melakukan pengembangan atas tindakan premanisme yang dilakukan oleh kelompok John Refra alias John dan telah melakukan tes urine terhadap 29 tersangka lainnya. Hasilnya, dua di antara tersangka tersebut positif narkoba. Hasil pemeriksaan tes urine belum seluruhnya keluar.

"Terakhir semua kita cek urine dan sementara masih lanjut (pemeriksaan urine) untuk 30 orang ini," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus. Selasa (23/6/2020).

"Baru 2 orang dinyatakan positif narkoba, kita masih tunggu hasil urine lainnya," ucap Kombes Yusri Yunus.

Namun, saat ditanya siapakah kedua orang yang positif narkotika ini, Yusri belum mendapatkan datanya. Yusri juga belum mendapatkan penjelasan lebih soal jenis narkoba yang dikonsumsi oleh keduanya itu.

Seperti diketahui, John Kei dkk ditangkap tim Polda Metro Jaya pada Minggu (21/6) malam. John Kei ditangkap atas dugaan penyerangan di rumah Nus Kei di Green Lake City dan pembacokan di Duri Kosambi, Jakarta Barat.

Penyerangan di Duri Kosambi mengakibatkan keponakan Nus Kei, ER, meninggal dunia. Sedangkan satu lainnya, yakni AR, mengalami luka bacok di bagian punggung dan jari putus.

Pertikaian ini bermula dari konflik antara John Kei dan Nus Kei. John Kei merasa dikhianati dalam hal pembagian uang tanah di Ambon.

Sementara itu, Nus Kei mengaku bahwa permasalahan soal pembagian uang itu sudah selesai.

"Itu cuma masalah sepele, cuma masalah yang sudah selesai, yang kemari dijelaskan Kapolda itu benar itu, tapi masalah sudah selesai, masalah di Ambon sana sudah selesai," kata Nus Kei.

Senin, 22 Juni 2020

ASN Bea Cukai Ditangkap Karena Narkoba

BY GentaraNews IN


Polda Metro Jaya berhasil amankan 2 ASN pejabat Ditjen Bea-Cukai berinisial AP dan T, Keduanya  ditangkap polisi terkait dugaan penyalahgunaan narkoba. Keduanya ditangkap di sebuah pulau di kawasan Jakarta Utara.

Kabar penangkapan pejabat Bea-Cukai ini sampai ke telinga Ketua Komisi III DPR Herman Herry. Herman Herry pun mendorong polisi mengungkap tuntas kasus ini.

"Saya dapat kabar penangkapan dua pejabat di Ditjen Bea-Cukai. Polisi harus memastikan memproses yang bersangkutan secara objektif dan profesional. Sebab, narkoba merupakan musuh terbesar bangsa. Apalagi pelakunya diduga merupakan Aparat Sipil Negara," kata Herman Herry dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Kamis (23/6/2020).

"Bukan pulau private, pulau biasa," kata Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Mukti Juharsa saat ditanya soal lokasi penangkapan, Selasa (23/6/2020).

Mukti mengatakan saat ini pihaknya akan melakukan gelar perkara terlebih dahulu terkait pengungkapan kasus tersebut. Gelar perkara dilakukan malam ini.

"Hari ini jam 07.00 WIB malam ini akan kita gelar dulu di kantor saya," tutup Direktur Narkoba Polda Metro Jaya 


Tutorial BloggingTutorial BloggingBlogger Tricks

Baca Juga