Baca Juga

Daerah (477) Nasional (231) Berita (114) Internasional (34) education (26) news (25) Berita Gema Nusantara (24) Duit (15) Nasiona (15) Tentang Narkoba (6) video (4) Gema (3) Peraturan (2) Profile (2) Teknologi (2) kesehatan (2) Financial (1) herbal (1)

Selasa, 23 Juni 2020

Lemah Sitem Hukum, Menjadi Pasar Potensial Peredaran Narkoba Di Indonesia

BY GentaraNews IN




Kenapa Indonesia bisa menjadi pangsa pasar narkoba ? Apakah karena lemahnya sistem yang menjadikan terpidana kasus narkotika dapat dihukum berkali-kali ?

Brigjen Pol. Drs Krisno Halomoan Siregar, SIK, Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, mengungkapkan hal ini dari banyak kasus ditemukan yang memperlihatkan terpidana mati sekalipun masih dapat mengendalikan peredaran narkoba.

Brigjen Pol. Drs Krisno Halomoan Siregar, SIK memberi contoh nyata terpidana mati yang dapat mengendalikan jaringan narkobanya melalui jeruji besi adalah Freddy Budiman. Sebelum dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan, Freddy yang ketika itu berstatus terpidana mati pernah mengubah penjara menjadi pabrik narkoba hingga menjalankan bisnis narkoba dari Nusakambangan.

"Upaya hukum diajukan hingga berulang-ulang, ada kasus sudah hukuman mati masih bisa mengendalikan. Almarhum Freddy Budiman sudah berkali-kali dihukum dan dapat mengendalikan. Hanya di Indonesia bisa berkali-kali hukuman," kata Krisno saat menjadi pembicara di Webinar Series bertajuk Dinamika Penindakan dan Kerjasama Internasional dalam Penyalahgunaan Narkoba yang diadakan Universitas Paramadina, Selasa (23/6).

Alasan lain Indonesia menjadi pasar disampaikan Krisno adalah geografi sebagai negara kepulauan yang memilki banyak pintu masuk. Kondisi tersebut menurut Krisno, menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi penegak hukum untuk memberantas penyelundupan dan peredaran narkoba.

"Otoritas pemerintah belum dapat mengatasinya secara maksimal. Sindikat Persia, memanfaatkan dermaga rakyat untuk masuk, baik di Serang dan kami duga ada di seputaran Ujung Genteng, pantai Selatan Pulai Jawa," ucapnya.

Dia mencontohkan titik masuk narkoba di Indonesia. Faktor lain diceritakan Krisno adalah harga jual narkoba di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan negara lain.

Krisno menekankan, bagi sindikat, narkoba adalah bisnis, sehingga ketika suatu jaringan dihabisi akan selalu muncul kelompok lain yang mengambil alih pasar tersebut.

"Di tingkat pengedar, harga 1 kilogram sabu murni ketika masuk Rp 300-400 juta. Ketika di pasaran diecer 1 gram bisa mencapai Rp 1,6 juta,” bebernya.

Lebih jauh Krisno memaparkan secara garis besar ada dua metode digunakan jaringan internasional untuk membawa narkoba ke Indonesia. Metode pertama, dari Myanmar, melalui laut Andaman, masuk Selat Malaka, kemudian menuju Malaysia atau langsung dieksekusi di tengah laut. Sindikat ini mempunyai jalur favorit melalui pantai timur Sumatera sebelum disebar ke kota-kota besar di Indonesia melalui jalur darat.

Sementara metode kedua yang lazim digunakan sindikat timur tengah yaitu menggunakan jalur laut menggunakan boat dari Iran dilanjutkan ke Srilanka dan kemudian menuju Pantai Barat Sumatera dan berakhir di Pantai Selatan Pulau Jawa.

"Daerah kurang pengawasan jadi jalur favorit. Ini juga jaringan favorit people smuggling. Dijemput dengan kapal ikan,” jelas Krisno.

Dia menuturkan berbagai kerjasama baik bilateral hinggal multirateral telah dilakukan Direktorat Mabes Polri untuk mengggalkan aksi sindikat narkoba internasional.

Lockdown Punya Efek Terhadap Jalur Penyebaran Narkoba

Pengajar Universitas Paramadina yang turut menjadi pembicara di webinar ini, Anton Ali Abbas berpendapat penerapan kebijakan lockdown dalam masa pandemi Covid-19 memiliki efek terhadap jalur penyebaran narkoba. Italia dan negara yang menerapkan lock down dikatakannya memperlihatkan penurunan jumlah penangkapan narkotika. Tapi di sisi lain, ada penangkapan dalam jumlah besar seperti di negara Iran dan Indonesia.

Di Indonesia, sepanjang 2020 ini saja misalnya sejumlah penangkapan besar dilakukan oleh Satgasus Merah Putih yang kini dipimpin oleh Brgjen Brigjen Ferdy Sambo dengan total barang bukti disita lebih dari 1,6 ton sabu-sabu. Tren transportasi penyelundupan narkoba pun diyakinkannya mengalami pergeseran dari jalur udara menjadi memaksimalkan jalur laut.

"Era pandemi terlihat ada tren menggunakan jalur laut. Memanfaatkan lalu lintas kargo internasional, hanya 2 persen pengawasan efektif dilakukan. Ketika jalur udara ditutup maka pemanfaatan jalur laut meningkat," urainya.

Anton mengingatkan, sekalipun ada resesi ekonomi akibat pandemi tidak serta merta membuat perdagangan narkoba menurun. Justru bisnis ilegal ini dipandangnya memiliki adaptasi yang baik, termasuk pola maupun model transpotasi penyelundupan.

"Yang harus menjadi highlight, merosotnya ekonomi, melonjaknya angka pengangguran dan peluang berkurangnya penindakan karena anggaran yang terpotong membuka peluang bagi sindikat narkoba. Di sisi lain, dengan potret pengangguran tinggi, berdampak pada kriminalitas umum dan membuka peluang mereka yang putus asa akhirnya mengedarkan narkoba," ujar Anton.

Sementara itu, mantan Duta Besar Indonesia di Iran periode 2012-2016, Ambassador Dian Wirengjurit menguraikan Iran bukanlah menjadi negara produsen narkoba, namun sebagai transit karena letak geografis dan infrastruktur paling bagus dibanding negara di sekitarnya. Iran bahkan menurutnya, memiliki kebijakan hukuman paling keras terhadap bandar narkoba berupa hukuman mati di depan umum.

"Iran mempunia kebijakan anti narkoba luar biasa dan dianggap paling keras. Dengan hukuman mati di tempat umum. 10 ribu orang dalam dua dekade dihukum mati karena narkoba,” tegasnya.

Tutorial BloggingTutorial BloggingBlogger Tricks

Baca Juga