Baca Juga

Rabu, 05 Agustus 2020

Penyeludupan 150 Kg Ganja Asal Aceh Berakhir Di Banten

BY GentaraNews IN




Sinergitas Polda Banten dan BNNP Banten membentuk Tim gabungan berhasil mengungkap penyelundupan ganja asal Aceh, Dua orang tersangka diamankan dalam kasus ini bersama dengan barang bukti ganja seberat 150 Kg di pintu tol Merak sekitar pukul 14.00 WIB. Rabu (5/8/20).

Kronologi pengungkapan berawal dari adanya informasi pengiriman ganja dari Aceh dengan menggunakan truk. Selanjutnya BNNP Banten dan Polda Banten membentuk tim gabungan yang terdiri dari Bidang Pemberantasan BNNP Banten dan Dit. Narkoba Polda Banten melakukan penyelidikan dan monitoring di sekitar Pelabuhan Merak, Banten.

Kemudian pada hari Rabu, 5 Agustus 2020 sekitar pukul 14.00 WIB sebuah truk yang dicurigai membawa ganja tersebut melintas dari arah Pelabuhan menuju ke pintu Tol Merak. Petugas lalu menghentikan truk tersebut dan mengamankan 2 orang pria asal Aceh berinisial LA dan O.

Berdasarkan hasil penggeledahan isi truk petugas gabungan menemukan narkotika jenis ganja yang dimasukan ke dalam 2 karung berwarna putih dan 1 karung berwarna hitam dengan berat total sekitar 150 Kg. Selanjutnya kedua orang tersangka dan barang bukti dibawa ke Polda Banten guna proses penyidikan lebih lanjut.

Atas perbuatannya kedua tersangka akan dituntut dengan pasal 114 ayat (2), pasal 111 ayat (2) dan pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. (LEP)



Nekad Bawa Sabu Gunakan Sepeda Motor

BY GentaraNews IN


Foto Ilustrasi - Barang bukti sabu 15 KG.


Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, kembali berhasil meringkus 5 pria asal Aceh yang terlibat dalam penyelundupan sabu seberat 15 kilogram lebih di kawasan Desa Blang Me Puloklat Kecamatan Samudera Aceh Utara.

Penangkapan dan penyitaan barang bukti sabu tersebut berawal ketika BNN RI
mendapatkan informasi akan ada penyelundupan sabu dari Malaysia ke Aceh, yang akan diedarkan di Aceh dan sekitarnya

Atas informasi itu BNN langsung turun ke lokasi kejadian untuk mengungkap. Karena lokasi penyitaan barang bukti saat penangkapan lima tersangka berada dalam kawasan Aceh Utara BNN RI mengirim surat kepada Kejaksaan Negeri Aceh Utara guna meminta dan memberitahukan guna memperoleh persetujuan status penyitaan barang sitaan narkotika. Rabu (5/8/2020

Kini ke lima tersangka tersebut sudah ditahan oleh BNN RI di Jakarta untuk proses penyidikan bersama barang bukti 15 kilogram lebih sabu.

Masing-masing tersangka Ismuhin alias Muhin (33) warga Kecamatan Lhoksukon.

Kemudian Muhammad Riska alias Dek Gam (33) dan Muhajir alias Ajir (27) keduanya warga Kecamatan Blang Mangat Lhokseumawe.

Lalu Syafi’I alias Pi’i (25) dan Tarjani alias Bang Tar (27), keduanya warga Kecamatan Samudera, Aceh Utara.

Tersangka pertama yang ditangkap adalah Ismuhin saat membawa 10 bungkus sabu dengan menggunakan sepeda motor merk Honda Vario warna putih Nomor polisi BL 6822 KJ.

7 bungkus disimpan dalam jok sepmor dan tiga bungkus lagi digantung di bagian depan sepeda motor.

Ismuhin mengaku mendapat sabu itu dari dua pria di kawasan tambak.

Karena itu penyidik BNN melakukan pengejaran pelaku lainnya, dan mengamankan sisa sabu 5 bungkus yang ditanam di kawasan tambak Kecamatan Samudera.

Lalu petugas meringkus Syafi’i di rumah mertuanya, kemudian tarjan di kawasan tambak.

Sedangkan Muhajir yang menitip 1.5 sabu ke Muhammad Riska ditangkap dalam waktu hampir bersamaan. (LEP)

Selasa, 04 Agustus 2020

Selama Pandemi Covid-19, Peredaran Narkoba di Jabar Naik 200%

BY GentaraNews IN




Kepala BNN Jawa Barat Brigjen Pol. Drs. Sufyan Syarif menghadiri acara peresmian Desa Cipendawa Bersih Narkoba di Cianjur, Jawa Barat menjelaskan bahwa, peredaran gelap narkoba di Jawa Barat meningkat, peningkatannya mencapai 200 persen. meningkat drastis selama pandemi Covid-19. Rabu (5/8/2020).

“Di saat orang diminta berdiam diri di rumah, ternyata barang ini (narkotika) banyak yang masuk (beredar),” kata Drs. Sufyan Syarif.

“Sedikitnya ada lima pengungkapan kasus narkoba yang dinilai menonjol di Jawa Barat selama pandemi Covid-19, ada 400 kilogram sabu-sabu di wilayah Sukabumi dan 4 kilogram di Bandung,” ujar Drs. Sufyan Syarif.

"Selain sabu-sabu, BNN Jabar juga berhasil mengungkap peredaran narkoba jenis ganja, yakni di wilayah Bogor, Cianjur dan Karawang," tambah Drs. Sufyan Syarif

“Di Bogor berhasil kita ungkap 50 kilogram, di Cianjur ada 60 kilogram dan di Karawang sebanyak 100 kilogram ganja, ditambah 160.000 butir ekstasi,” tambah Drs. Sufyan Syarif lagi.

Di jelaskan lagi oleh Ka BNNP Jawa Barat bahwa, "Peredaran ganja di Jawa Barat disebut berasal dari jaringan Aceh. Kemudian untuk narkoba jenis sabu dipasok oleh sindikat internasional dari China, Myanmar dan Iran".

“Barangnya masuk via jalur pantura atau utara, tengah dan selatan. Untuk selatan banyak didominasi ganja, kalau tengah dan utara itu sabu. Di jalur utara juga banyak masuk obat-obatan terlarang seperti PCC," ujar Drs. Sufyan Syarif.

“Sebagaimana saran Pak Gubernur, penanggulangan narkoba akan dibuatkan seperti penanggulangan Covid-19 melalui pembentukan gugus tugas di desa-desa, jadi supaya penanggulangan dan pencegahan narkoba di Jawa Barat lebih efektif, maka akan dibentuk satuan gugus tugas di tingkat desa," pangkas kepala BNNP Jawa Barat.

LEP

Pesawat Bawa Kokain Jatuh di Papua Nugini

BY GentaraNews IN



Sebuah pesawat Cessna 402C jatuh di Papua Nugini karena tidak mampu terbang membawa muatan setengah ton narkoba jenis kokain.

Sebuah pesawat dengan mesin baling-baling ganda Cessna 402C jatuh di Papua Nugini saat membawa setengah ton narkoba jenis kokain, yang diduga hendak diselundupkan dari dan menuju Australia.

Seperti dilansir The Guardian, Senin (3/8), insiden pesawat jatuh itu terjadi pada 26 Juli lalu. Pesawat tersebut dilaporkan lepas landas dari Mareeba, Queensland, Australia menuju landasan udara ilegal Papa Lealea di Papua Nugini.

Pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki diduga untuk menghindari deteksi radar. Menurut penyelidikan Kepolisian Papua Nugini, pilot lantas mengisi muatan berupa lebih dari 500 kilogram kokain sekitar pukul 13.00 sampai 14.30 waktu setempat.


Ketika hendak kembali ke Australia, pesawat itu jatuh. Diduga kuat pesawat tidak mampu lepas landas karena kelebihan muatan.

Menurut pejabat Kepolisian Papua Nugini, David Manning, narkoba itu disembunyikan di dalam badan pesawat dan dibungkus dengan tas kain. Dia mengatakan sindikat penyelundup narkoba dari Australia bekerja sama dengan sindikat dari Papua Nugini.

"Kami meyakini kelompok kejahatan di Papua Nugini membantu sang pilot untuk mengambil kembali narkoba yang gagal diselundupkan. Kami mendapatkan kesaksian antara lain ciri-ciri para penjahat itu antara lain seperti tato," kata Manning.

Manning menyatakan nilai narkoba itu diperkirakan mencapai US$57 juta (sekitar Rp 835 miliar). Kejadian ini membuktikan bahwa Papua Nugini menjadi tempat singgah penyelundupan narkoba.

Dua hari usai kejadian, seorang warga Australia, David John Cutmore, yang menjadi pilot pesawat itu menyerahkan diri ke Komisi Tinggi Australia di Papua Nugini.

Cutmore melanggar undang-undang keimigrasian karena masuk ke negara itu secara tidak sah dan didenda 3.000 Kina. Dia juga akan dijerat kasus penyelundupan narkoba.

Kejanggalan lain yang terungkap dalam kasus itu adalah pesawat tersebut tercatat milik perusahaan bermarkas di Papua Nugini, Ravenpol No 69 Ltd. Sang pemilik, Geoffrey Bull Paul, dilaporkan meninggal akibat ditikam di Port Moresby pada Agustus 2019.

Meski demikian, pesawat itu didaftarkan pada Januari lalu lima bulan setelah kematian Paul.

Kepolisian Australia bersama dengan Komisi Intelijen Kejahatan yang bekerja sama dengan Kepolisian Papua Nugini lantas melacak jaringan sindikat itu. Mereka lantas menangkap lima orang yang diduga anggota di Queensland dan Victoria.

Menurut Sputnik News, mereka adalah sindikat kriminal yang berlokasi di Melbourne. Kelompok itu diduga juga memiliki hubungan dengan mafia Italia.

Jika terbukti bersalah, mereka terancam hukuman penjara seumur hidup.

Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, dilaporkan marah dengan kejadian itu dan fakta bahwa negaranya dijadikan lokasi persinggahan untuk penyelundupan narkoba.

"Kami bukan negara mainan di mana seseorang bisa membawa pesawat dan datang tanpa pemberitahuan. Kami tidak punya tempat untuk mereka yang berpikir mereka bisa menyelundupkan narkoba di negara ini," kata Marape.

Medsos Jadi Tren Transaksi Narkotika Saat Pandemi Civid 19

BY GentaraNews IN



Di Sela Sela kegiatan Pemusnahan Barang Bukti Narkotika di Lapangan Parkir Gedung BNN Cawang. Jakarta. Dalam kegiatan  Pengungkapan 4 kasus narkotika. Dalam sambutannya, Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Inspektur Jenderal (Irjen) Drs. Arman Depari mengatakan," transaksi narkotika melalui media sosial (medsos) tengah menjadi tren. Hal ini dipengaruhi pandemi virus korona (covid-19) yang melanda Indonesia". Selasa (4/08/2020)

"Walaupun jumlahnya tidak begitu besar, namun sangat sering," kata Arman Depari

Arman menjelaskan pembeli atau konsumen memesan barang haram itu kemudian membayarnya. Namun, pembayaran itu tidak menggunakan uang nyata atau transfer.

"Pembayarannya dengan Bitcoin (mata uang digital, Red)," jelas Arman Depari

Tren ini terbongkar dalam pengiriman barang haram melalui jasa pengiriman logistik yang diungkap petugas BNN. Bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, BNN pun terus mewaspadai pengiriman narkoba via impor.


Tutorial BloggingTutorial BloggingBlogger Tricks

Baca Juga