Baca Juga

Selasa, 05 Agustus 2025

Peringatan Hari Didong Di TIM

BY GentaraNews IN

 


Peringatan hari Didong yang di tetapkan tanggal 5 Desember. Seni tradisi Didong Gayo ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sekretaris Jenderal Dewan DPR RI, Dr Indra Iskandar MSi, menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap pelaksanaan peringatan Hari Didong 2025 dengan mengusung tema "Jiwa Gayo Merayakan Didong" yang digelar di Aula Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Dalam sambutannya, Dr Indra menekankan bahwa perayaan ini bukan sekadar panggung seni, melainkan panggilan jiwa untuk merawat warisan dan menjaga identitas budaya masyarakat Gayo.

Dihadapan para tokoh masyarakat, Dinas Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta, serta komunitas seni dan budaya, Indra menyatakan bahwa Didong sastra lisan khas Gayo, memiliki nilai luhur yang harus terus diwariskan.

“Didong bukan hanya hiburan, ia adalah cerminan jiwa dan nilai-nilai masyarakat Gayo yang diwariskan turun-temurun,” ujarnya.

 

Peringatan Hari Didong

Peringatan Hari Didong ini diselenggarakan oleh Komunitas Desember Kopi bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta serta PDS HB Jassin, dengan tajuk “Jiwa Gayo, Merayakan Didong”.

Kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan, pelestarian, dan revitalisasi terhadap seni Didong yang pada tahun 2015 telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional.

Lebih lanjut, Indra mengingatkan bahwa eksistensi Didong menghadapi tantangan besar, terutama minimnya regenerasi dan dukungan.

Oleh karena itu, momen seperti ini sangat penting sebagai bagian dari ikhtiar menjaga keberlanjutan tradisi di tengah arus perubahan zaman.

Hari Didong sendiri ditetapkan pada 5 Agustus melalui kesepakatan bersama dalam Seminar Didong Gayo yang berlangsung di Takengon pada 2023 dan dihadiri lebih dari 200 seniman dari tiga kabupaten: Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.

Rangkaian acara kali ini menampilkan dialog budaya bersama Maestro Didong Udin Musara diwakili putranya, Azzam Musara, karena yang bersangkutan sedang sakit.


Kemudian seniman muda Ajli Rahmadi, dan jurnalis budaya Fikar W Eda, serta pertunjukan Didong Pegayong, Rembune dan Didong Bersama, serta kolaborasi pembacaan terjemahan syair Didong oleh para penyair dan deklamator nasional.

“Semoga kegiatan ini menjadi cahaya yang menerangi jalan pelestarian budaya kita,” tutup Indra, sembari mengajak seluruh pihak untuk terus memperkuat ruang-ruang kebudayaan sebagai bagian dari pembangunan karakter bangsa.



Ketua Musara Gayo Jabodetabek, Drs Akmujaini Abdul Karim menegaskan bahwa kegiatan tersebut menjadi forum silaturrahmi sekaligus memperkenalkan Didong kepada khalayak lebih luas.

Musara Gayo hampir setiap tahun menggelar acara sebi budaya Gayo, salah satunya adalah Didong.

"Kita beri apresiasi terhadap usaha yang dilakukan ini sebagai bentuk merawat identitas budaya kuat," katanya.

Irmansyan yang menjadi ketua panitia Seminar Didong di Takengon pada 5 Agustus 2023 menguraikan kembali tentang lahirnya keputusan bersama Hari Didong tersebut.

Diawali dengan penyelenggaraan Kopi Gayo Didong Runcang di Aceh Tengah dan Bener Meriah atas dukungan penuh tokoh Gayo dr Eddi Junaidi SpOG SH MKes. 

Kemudian dilanjutkan dengan seminar Didong yang diikuti 200 seniman Didong, melahirkan keputusan Hari Didong.

"Tahun ini adalah yang kedua dirayakan Hari Didong," ujar Irmansyah.



Sekilas Tentang Didong

Kesenian Didong merupakan salah satu jenis seni sastra yang berkembang dan masih terjaga kelestariannya pada masyarakat Gayo. 

Didong dapat diartikan juga sebagai nyanyian rakyat yang menggambarkan bentuk seni sastra, seni suara dan seni tari.

Seni pertunjukkan tradisional Didong ini sudah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Gayo dan mampu bertahan hingga saat ini.

Tidak hanya ditampilkan pada hari-hari besar agama Islam, Didong juga dipertunjukkan dalam rangka memeriahkan kesenian Gayo seperti upacara adat perkawinan.

Didong menampilkan lantunan syair-syair berbahasa Gayo yang mengandung makna serta berbagai simbol yang ada dalam pertunjukan.

Syair-syair yang dilantunkan adalah sebagai refleksi sosial dan religius dari Ceh Didong tentang berbagai persoalan sosial yang ada di masyarakat.

Tutorial BloggingTutorial BloggingBlogger Tricks

Baca Juga